-->

Ads 720 x 90

Mbah Darto, Pelukis Wayang balik kampung dengan hidup sederhana di Randublatung - JEJAK PUTU LANANG

Mbah Darto sedang melatih tari orang Prancis di Sanggar Gading Wulung 

Mbah Darto, Pelukis Wayang balik kampung dengan hidup sederhana di Randublatung

JEJAK LANGKAH - Waktu itu aku ingin sekali bermain ke Blora untuk bersilaturohim dengan Mbah Sudarto, Seorang Seniman Lukis wayang karyanya sudah banyak di koleksi oleh para tokoh di antaranya Gus Dur, Susilo Bambang Yudhoyono dan lain sebagainya. harapan bisa berkunjung untuk belajar tentang semua hal dari beliau.

Pagi mulai cerah, kali ini perjalananku ke Blora di temani sama Alief Irfan Choiri, dia tinggal di Pondok Pesantren Manbail Huda aslinya dari Bojonegoro. Kami berdua mempunyai minat yang sama di dunia seni dan sastra. sehinga ketika aku ajak ke rumah mbah Sudarto, tanpa berfikir panjang lebar langsung berangkat. kami berdua menaiki sepedah motor  dari Kecamatan Jenu menyusuri ke arah jalan dengan pemandangan yang indah, naik turun bukit medan yang harus kami lewati.

Aku dulu sudah pernah melewati jalur ini, namun memang sudah lama jadi harus sambil mengingat. perjalanan kami lanjutkan menuju  jalur melewati kecamatan Montong. kemudian memasuki kawasan Air Terjun Nglirip di Kecamatan Singgahan, kami berdua berjalan pelan sambil menikmati pemandangan indah. Air terjun yang lumayan besar ini menjadi destinasi wisata alam andalan di Kabupaten Tuban. banyak cerita legenda di tempat ini.

Perjalanan kami lanjutkan melewati persawahan yang sangat subur. aku baru tahu betapa bagusnya potensi pertanian disini sampailah di Desa Banyu Urip. Sepedah harus aku kendalikan dengan hati-hati karena medannya naik  turun, dengan medan yang curam. setelah melewati desa ini memasuki kawasan kecamatan Padangan kemudian masuk di Kecamatan Cepu.

Selanjutnya kami menuju ke kecamatan Randublatung sesampainya di pertigaan pusat kecamatan. ku keluarkan handphone kemudian, hubungi mbah Sudarto
"Assalamu'alaikum mbah saya sudah sampai di pertigaan Randublatung. selanjutnya arahnya kemana mbah," langsung ku kirim
tak selang beberapa lama ada balasan, " oh ya kamu belok saja ke kanan ke arah utara menuju sampai di depan Bali Desa Wulung. di depannya rumah saya."
Kemudian aku balas, " Injeh siap mbah."
Aku dan Mas Alief kembali mengendarai sepedah motor menuju ke  Balai Desa Wulung. tak berlangsung lama kami berdua sudah sampai di depan Balai Desa Wulung.

melihat ke arah timur terlihat sudah ada Mbah Sudarto yang sudah menunggu kami sejak tadi. " Lho Unyil sudah datang mari-mari ayo di bawa sepedahnya rumah saya masih ke dalam lagi," ujar mbah Darto. Unyil adalah sapaan  untukku karena beliau tahunya saya unyil ketika di media sosial.

Hati kami berdua lega, akhirnya sampai juga di rumah mbah Sudarto. aku sudah ke 3 kalinya berkunjung ke Randublatung namun baru kali ini mengendarai sepedah motor, biasanya naik bus. Namun berbeda dengan Mas Alief dia baru pertama kali ke Randublatung ini dan pertama kalinya juga bertemu dengan mbah Darto.

Dengan antusias kami mendengarkan cerita dan candaan Mbah Darto. sambil di tunjukkan kenangan foto yang tersisa dan bukti kenangan kejayaan di jaman mudanya dulu.  Terkadang membuatku berfikir keras dan kasian, Namun ini sudah menjadi pilihan mbah Darto untuk memutuskan kembali ke daerah asalnya.

Mbah Darto dulunya mengenyam dan menekuni di bidang seni. sekolah di Solo kemudian melanjutkan di Akademi Karawitan. sehingga memutuskan untuk merantau ke Jakarta mengembangkan dunia seni. Sempat mengajar Ekstra tari di berbagai sekolah di Jakarta dan nama Mbah Darto sudah mulai di kenal. Selain keahlian di bidang tari beliau juga mewarisi bakat turun temurun melukis wayang. sehingga banyak pula karya lukisan wayangnya beliau yang di minta oleh banyak para tokoh. seperti KH. Abdurrohman Wahid, Susilo Bambang Yudhoyono, WS. Rendra, KH Aqil Siroj dan masih banyak tokoh dan perusahaan yang meminta karya lukisan wayang beliau.

Saking banyaknya Lukisan yang di bawa para tokoh pada tahun 2005. Mbah Darto di mintai untuk membuat Pameran Lukisan wayang karyanya, Sehingga pada saat itu karena lukisan yang ia punya tidak banyak, karena banyak para tokoh yang memesan dan langsung di buatkan tanpa harus mengoleksi sehingga menerima tawaran tersebut. Kemudian Mbah Darto menyelenggarakan Pameran Lukis  Wayang dengan meminjam lukisan-lukisan yang ada di para tokoh. Pameran tersebut di laksanakan di Hotel Kota Semarang. Pameran pada saat itu di buka langsung oleh Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Dokumentasi Pameran Lukisan wayang yang di hadiri Bapak Presiden SBY

Setelah Kegiatan Pameran itu nama Mbah Darto semakin di kenal oleh banyak kalangan. membuat mbah Darto harus sering berpindah pindah kota karena memenuhi pesanan lukisan wayang. hingga pada saatnya menurut penuturan mbah Darto. keadaan sudah mulai kacau uang juga tiba tiba sering tidak tahu hilangnya kemana dan istri beliau juga meminta untuk cerai. setelah kejadian itu terjadi membuat beliau berfikir dan memutuskan untuk kembali ke Randublatung.

Jadilah akhirnya mulai hidup kembali di Desa Kelahiran. Namun, Perbedaan lingkungan membuat pemasukan mbah Darto tidak lagi seperti di Kota. Hari tuanya beliau habiskan untuk kembali mengajar tari disini, namun memang sudah banyak juga anak didiknya yang sudah besar sehingga menjadi pelatih tari di kecamatan Randublatung.

Kemudian Mbah Darto bersama para seniman dan para penggiat seni di Desa Wulung. membuat sebuah Sanggar Kesenian di Desa Wulung. Keadaan Mbah Darto di hari tua memang bagi kami sangat mengenaskan. betapa tidak ini beliau sekarang tinggal di rumah kecil yang tidak miliknya. Namun, ketenangan batin Mbah Darto sangatlah nyaman tidak resah lagi seperti dulu. Namun, untuk biaya kebutuhan hidupnya pun beliau sudah tak produktif seperti dulu. hanya mengandalkan dari pemberian murid dan keluarganya. terkadang mengajar itu pun terkadang tak seberapa. Makan sehari-harinya di beri oleh keluarganya Insya allah bernama Mas Edi.

Aktifitas di hari Tua yang tak mau kalah dengan yang muda 

Kesederhanaan beliau yang membekas di hati kami. membuat hati kami terketuk untuk berdo'a semoga beliau di beri kesehatan selalu dan keberkahan dalam hidup. kemana-mana beliau naik sepedah ontel memang selain irit tidak mengeluarkan bensin. beliau juga hanya memiliki sepedah ontel tercinta. Penuturan beliau hitung hitung sambil olah raga. di usianya yang sudah tidak muda lagi. berkeliling memberi semangat menebarkan jiwa kesenian dan ilmu pramuka yang masih iya pegang teguh hingga sekarang. Kesehariannya aktif di media sosial membagikan motivasi tentang kesenian dan pramuka. aktif membagikan informasi kegiatan dan membuat sebuah komunitas  group pramuka online.

Antusias dan fokusnya kami mendengarkan cerita, kami pun tidak terasa waktu sudah mulai malam sehingga, saya dan mas Alief memutuskan untuk beristirahat di rumah Kak Joko Parto. Besok paginya kami brdua berpamitan pulang, sebelum pulang mampir dulu ke rumah Mbah Darto, ternyata Kak Parmik kawan yang pernah main ke Tuban. mengabari kalau mau bertemu sehingga kami terhambat untuk pulang lebih awal.

Kemudian kami di bujuk rayu, mumpung sudah di Randublatung. kamu ya sekalian mampir ke Padepokan Samin. Awalnya kami berdua berfikir wah jika  kami harus mampir lagi bisa semakin malam pulangnya. ya sudah karena sudah disini kapan lagi bisa berkunjung ke Samin yang adatnya masih melekat hingga sekarang.

16 Juli 2018, Blora
Cerita di Padepokan Samin, nantikan lanjutan ceritanya ya ☺

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter